Artikel ini
telah dipublikasikan beberapa tahun lalu, saya inign me-repost kembali di blog
saya. Semoga dapat menambah ilmu kita dan bermanfaat. Rasulullah memiliki
istri-istri yang berakhlakul karimah. Berikut penjelasan tentang istri-istri
Rasulullah dan akhlaknya yang patut kita teladani :
1. Zainab binti Khuzaimah
Sebelum masuk Islam
beliau sudah dikenal dengan gelar Umul Masakin (ibu orang-orang miskin) sejak masa
jahiliah. Beliau adalah seorang wanita yang memiliki sifat murah hati,
dermawan, dan sifat santun terhadap orang-orang miskin, bahkan sebelum beliau
mengetahui balasan pahala dari Allah swt. Zainab binti Khuzaimah termasuk
kelompok orang yang pertama-tama masuk Islam dikalangan wanita. Alasan yang
mendorong beliau masuk Islam adalah akal dan pikiran yang baik, menolak syirik
dan menolak menyembah berhala. Beliau selalu menjauhkan diri dari
perbuatan-perbuatan jahiliah. Sebagai istri Rasulullah, Zainab binti Khuzaimah
hanya mampu mendampingi beliau antara 4-8 bulan. Zainab meninggal ketika Rasulullah
masih hidup. Rasulullah sendiri men-shalat-i jenazahnya. Zainab adalah orang
yang pertama kali dimakamkan di Baqi.
2. Aisyah binti Abu Bakar
Aisyah merupakan sosok yang paling banyak menghafal hadis-hadis
Nabi di kalangan wanita. Ayah beliau, Abu Bakar ash-Shiddiq, adalah sahabat
dekat Rasullulah saw. yang menemani hijrah. Berbeda dengan isteri Rasulullah
saw. yang lain, kedua orang tua Aisyah melakukan hijrah bersama Rasulullah.
Ketika wahyu datang kepada Rasulullah, Jibril membawa kabar bahwa
Aisyah adalah istri Rasulullah di dunia dan akhirat, sebagaimana diriwayatkan
dalam HR Tirmidzi dari Aisyah:
“Jibril datang membawa gambarnya
pada sepotong sutera hijau kepada Nabi Sallallahu alaihi wassalam, lalu
berkata, ini adalah isterimu di dunia dan akhirat.”
Diantara keistimewaan Aisyah adalah sebagai sebab turunya firman
Allah swt. yang menerangkan tentang kesuciannya dan membebaskannya dari fitnah
orang-orang munafik.
“Sesungguhnya orang-orang yang
membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira
bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu.
Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya.
Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran
berita bohong itu baginya azab yang besar.” (QS. An-Nuur: 11)
3. Hafsah binti Umar bin Khottob
Hafsah binti Umar bin Khotob adalah putri Umar bin Khatab,
seorang pengusaha yang adil dan memiliki hati yang khusuk. Pernikahan Rasulllah
dengan Hafsah merupakan bukti cinta kasih Beliau kepada mukmin yang telah
menjanda, setelah ditinggal suaminya (Khunais bin Hudzafah as-Sahami) yang
berjihad di jalan Allah swt.. Hafsah adalah istri Nabi yang pertama kali
menyimpan Al-Qur’an dalam bentuk tulisan pada kulit, tulang, dan pelepah kurma.
Hingga kemudian menjadi sebuah kitab Al-Qur’an yang sangat agung.
4. Juwairiah binti Harits
Juwairiyah binti
Harits adalah putri pemimpin Banil-Musthaliq yang bernama al Harits bin Abi
Dhiraar seseorang yang sangat memusuhi Islam. Rasulullah memerangi mereka
sehingga banyak dari kalangan ini yang terbunuh. Wanita-wanita Banil-Musthaliq
menjadi tawanan perang kala itu. Di antara tawanan tersebut terdapat Juwairiyah
yang kemudian memeluk Islam. Ke-Islama beliau membawa berkah besar bagi kaumnya
Banil-Musthaliq yang mengirarkan diri menjadi pengikut Nabi setelah Juwariah
memeluk Islam.
5. Maimunah binti Harits
Maimunah binti
Harits adalah satu-satunya wanita yang dengan ikhlas menyerahkan dirinya kepada
Rasulullah ketika keluarganya hidup dalam kebiasaan jahiliah. Hal ini adalah
bukti keiklasan beliau kepada Allah swt. dan Rasul-Nya. Allah swt berfirman
dalam ayat-Nya:
“… dan perempuan mukmin yang
menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai
pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmini…” (QS.
Al-Ahzab; 50)
Setelah suaminya meninggal, dengan leluasa Maimunah dapat
menyatakan keimanan dan kecintaanya kepada Rasulullah. Beliau dengan suka rela
menyerahkan dirinya kepadda Rasulullah untuk dinikahi sebagaimana diterangkan
oleh Ibnu Hisyam dalam Al-Ishbah milik Ibnu Hajar dari referensi Az-Zuhri.
Maimunah
memperlakukan isteri-isteri Rasulullah saw. yang lain dengan baik dan penuh
hormat dengan tujuan mendapatkan kerelaan hati Beliau semata. Aisyah
menggambarkan sosok Maimunah sebagai berikut’ “Demi Allah, Maimunah addalah
wanita yang baik kepada kami dan selalu menjaga silaturahmi di antara kami.”
Selain itu, Maimunah juga dikenal dengan kezuhudannya, ketakwaanya dan sikap
yang selalu ingin mendekatkan diri kepada Allah. Banyak riwayat yang
menceritakan tentang penguasaan ilmunya yang luas
6. Mariyah
Al-Qibtiah
Mariyah Al-Qibtiyah
adalah salah satu budak yang dikirim oleh Raja Muqauqis setelah menerima dengan
hangat Hatib yang dikirim Rasulullah, meskipun pada akhirnya menolak memeluk
Islam. Mariyah dan kedua budak yang lain berikrar sebagai pemeluk agama Islam di
tengah perjalanan mereka menuju kediaman Rasulullah. Rasulullah saw.
membebaskan Mariyah sebagai budak dan menikahinya. Walaupun berasal dari
golongan budak, Rasulullah memperlakukan Mariyah sebagaimana Beliau
memperlakukan isteri-isteri yang lain. Abu Bakar dan Umar pun menghormati
Mariyah layaknya seorang Ummul-Mukmin. Mariyah adalah istri Rasulullah
satu-satunya yang melahirkan seorang putra bernama Ibrahirn setelah Khadijah.
7.
Saudah binti Zam’ah
Saudah binti Zam’ah memiliki semangat jihad di jalan Allah,
kecerdasan otaknya, perjalanan hidupnya yang senantiasa baik, keimanan, serta
keiklasan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sifat istimewa yang dimilikinya adalah
kekuatan dan keteguhan menanggung derita, seperti pengusiran, penganiayaan dan
bentuk kezaliman lain, baik yang berasal dari kaum Quraisy maupun keluarganya
sendiri. Selain itu, beliau memiliki kesabaran dan keridhaan menerima takdir
Allah ketika suaminya, Shukran bin Amr, meningal dan harus kembali ke rumah
orang tuanya yang masih musyrik hingga Rasulullah meminangnya sebagai istri.
Saudah adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah saw. sepeninggal
Khadijah. Beliau sangat berjasa membantu mengurus rumah tangga serta
membesarkan Ummu Kultsum dan Fatimah dengan penuh kasih sayang di saat
Rasullulah sibuk berdakwah. Pembawaanya yang ceria dan menyenangkan selalu
dicurahkan untuk menghibur Rasulullah. Karakter ini merupakan teladan yang baik
bagi setiap istri hingga saat ini.
8.
Shafiyyah binti Huyai bin Akhtab
Sejak kecil beliau
menyukai ilmu pengetahuann dan rajin mempelajari sejarah dan kepercayaan
bangsanya. Dari kitab suci Taurat, beliau membaca bahwa akan datang seorang
Nabi dari jazirah Arab yang akan menjadi penutup semua Nabi. Pikiranya tercurah
pada masalah kenabian tersebut, terutama setelah Muhammad muncul di Mekah.
Beliau sangat heran ketika kaumnya tidak mempercayai berita besar itu, padahal
sudah jelas tertulis di dalam kitab mereka. Ayahnya, Huyay bin Akhtab, pun
sangat gigih menyulut permusuhan terhadap kaum muslimin.
Setelah perjanjian Hudaibiyah dilanggar oleh kaum Yahudi,
Rasulullah saw merencanakan penyerangan terhadap mereka di bulan Muharam tahun
ketujuh hijiriah. Nabi Muhammad saw. memimpin tentara Islam untuk menaklukan
Khaibar, beteng terkuat dan terakhir kaum Yahudi. Perang berlangsung hingga
beberapa hari lamanya dan kemenangan berakhir di tangan umat Islam.
Benteng-benteng mereka berhasil dihancurkan, harta benda menjadi rampasan
perang dan kaum wanita pun menjadi tawanan. Di antara para tawanan tersebut
adalah Shafiyyah, putri pimpinan Yahudi yang ditinggal mati suami. Saat hendak
dibebaskan, Shafiyyah diberi pilihan oleh Rasulullah saw. antara memeluk Islam
dan menikahi Rasulullah atau tetap dengan agamanya dan dibebaskan sepenuhnya.
Shafiyyah pun dengan lantang memilih Islam serta menikah dengan Rasulullah.
Syafiyyah memilih untuk tetap bersama Nabi karena selain statusnya sebagai
putri pemimpin yang sangat membahayakan kaum muslim, Shafiyyah juga ingin
menunjukkan kecintaanya kepada Islam dan Nabi Muhammad saw.
9.
Ummu Habibah binti Abu Sofyan
Setelah memeluk Islam, beliau bersama suaminya (Ubaidillah bin
Jahsy) hijrah ke Habasyah. Ternyata setelah cukup lama berjihad di jalan Allah,
suami Ummu Habibah murtad dari agama Islam dan beralih memeluk Nasrani.
Ubaidillah bin Jahsy kecanduan minuman keras dan meninggal tidak dalam agama
Islam. Dalam kesunyian hidupnya, Ummu Habibah selalu diliputi kesedihan dan
kebimbangan karena tidak dapat berkumpul dengan keluarganya sendiri maupun
keluarga suaminya yang sudah menjauhinya. Keistimewaan Ummu Habibah di antara
istri-istri Nabi lainya adalah kedudukannya sebagai puteri seorang pemimpin
kaum musyrik Mekah yang memelopori pertentangan terhadap dakwah Rasulullah dan
kaum muslimin, yaitu Abu Sufyan.
Ketika mendengar
penderitaan panjang yang dialami beliau, hati Rasulullah tergerak untuk
mengakhiri masa kesedihan Ummu Habibah dengan menikahinya. Allah swt berfirman
bahwa “Nabi
itu lebih utama daripada orang lain yang beriman, dan isteri-isteri beliau
adalah ibu bagi orang yang beriman.” Berita pernikahan Rasulullah
dengan Ummu Habibah merupakan pukulan keras bagi Abu Sufyan. Dalam surah
AL-Mumtahanah 7, Allah menurunkan firman-Nya:
“Mudah-mudahan Allah menimbulkan
kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka,…”
(QS. Al-Mumtahanah: 7)
10. Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah
Ummu Salamah Hindun
dan suaminya (Abdullah bin Abdul Asad bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin
Makhzum) tergolong orang-orang yang pertama masuk Islam. Beliau dikenal
memiliki kepribadian kuat, cantik, menawan, serta memiliki semangat jihad dan
kesabaran dalam menghadapai cobaan, terutama setelah berpisah dengan suami dan
anak-anaknya. Berkat kematangan berpikir dan ketepatan dalam mengambil
keputusan, beliau mendapatkan kedudukan yang mulia di sisi Rasulullah saw.
Dalam sirah Ummahatul Mukmin dijelaskan tentang banyaknya sikap mulia dan
peristiwa penting dari beliau yang dapat diteladani kaum muslimin, baik
sikapnya sebagai isteri yang selalu menjaga kehormatan keluarga maupun sebagai
pejuang di jalan Allah swt.
Beberapa keistimewaan Ummu Salamah Hindun adalah ketajaman
logika, kematangan berpikir, dan keputusan yang benar atas banyak perkara.
Hubungan yang beliau jaga dengan para Ummahatul-Mukminin adalah interaksi yang
diliputi rasa kasih sayang dan kelemah-lembutan.
10. Zainab binti Jahsy
Pernikahan
Zainab binti Jahsy dengan suami pertamanya Zaid bin Haritsah dan kemudian
dengan Rasulullah saw. didasarkan pada perintah Allah sebagai jawaban terhadap
tradisi jahiliah.
Zainab dinikahi oleh Zaid bin Haritsah sebagaimana
diperintahkan Allah dalam QS. AL-Ahzab: 36
“Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan
mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah tersesat, sesat yang
nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)
Melaui pernikahan ini, Rasulullah saw. ingin
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan di antara manusia kecuali dalam ketakwaan
dan amal perbuatan mereka yang baik. Pernikahan tersebut pun bertujuan
untuk menghilangkan tradisi jahiliah yang senang membanggakan diri dan
keturunan. Zainab berasal dari keluarga yang terhormat sedangkan Zaid adalah
budak Rasulullah yang sangat beliau sayangi, sehingga kaum muslim menyebutnya
sebagai orang kesayangan Rasulullah.
Zainab dinikahi oleh Rasulullah swt. setelah
resmi diceraikan oleh Zaid bin Haritsah.
Prinsip dasar pernikahan ini adalah untuk menghapus
tradisi pengangkatan anak yang berlaku pada zaman jahiliah. Rasulullah ingin
menjelaskan bahwa anak angkat tidak sama dengan anak kandung, seperti halnya
Zaid bin Haritsah yang sebelum turun ayat Al-Qur’an telah diangkat sebagai anak
oleh Beliau. Allah swt. berfirman:
“Panggillah
mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka, itulah
yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak
mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudara seagama dan
maula-maulamu.” (QS.
Al-Ahzab: 5)
Oleh karena itu, seseorang tidak berhak mengakui
hubungan darah dan meminta hak waris dari orang tua angkat (bukan kandung).
Rasulullah saw. menikahi Zainab yang telah bercerai
dengan Zaid, seseorang yang sudah dianggap oleh banyak orang sebagai anak
Muhammad. Allah telah menurunkan wahyu agar Zaid menceraikan isterinya kemudian
dinikahi Rasulullah. Pada mulanya Rasulullah tidak memperhatikan perintah
tersebut, bahkan meminta Zaid mempertahankan isterinya. Allah memberikan
peringatan sekali lagi dalam surah Al-Ahzab: 37
“Dan
(ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan
nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya, ‘Tahanlah
terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah’, sedangkan kamu menyembunyikan
dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia,
sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah
mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu
dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini)
isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah
menyelesaikan keperluan daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu
pasti terjadi.” (QS.
Al-Ahzab: 37)
Ayat di atas sekaligus merupakan perintah Allah swt.
agar Rasulullah saw menikahi Zainab dengan tujuan meluruskan paham keliru
tentang kedudukan anak angkat.
“Muhammad
itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi
dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi…” (QS. Al-Ahzab: 40)
11. Khadijah binti Khuwailid
Sebagaimana
sabda Rasulullah “Sebaik-baiknya wanita ahli surga adalah Maryam binti Imran dan Khadijah
binti Khuwailid”. Khadijah adalah wanita pertama yang hatinya
tersirami keimanan dan dikhususkan Allah swt. untuk memberikan keturunan bagi
Rasulullah swt., wanita pertama yang menjadi Ummahatul Mukminin, serta turut
merasakan berbagai kesusahan pada fase awal jihad penyebaran agama Allah swt.
kepada seluruh umat manusia. Khadijah adalah isteri Rasulullah saw. yang
pertama dan menjadi satu-satunya sebelum beliau meninggal. Allah swt.
mengkaruniai Rasulullah swt. beberapa orang anak melalui rahim Khadijah ketika
dibutuhkan persatuan dan banyak keturunan. Beliau telah memberikan cinta dan
kasih sayang kepada Rasulullah saw. pada saat-saat yang sulit di mana tindak
kekerasan dan kekejaman datang dari kerabat dekat. Bersama Khadijah,
Rasulullah saw. memperoleh perlakuan yang baik serta rumah tangga yang tentram,
damai dan penuh cinta kasih setelah sekian lama Rasulullah saw merasakan
pahitnya menjadi anak yatim piatu dan miskin.
Sekian pembahasan tentang istri-istri Rasulullah yang patut kita teladani. Semoga kita dapat termotivasi agar berperilaku lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar